Perang Timur Tengah Memanas: Saham Pilihan Analis Ini Justru Berpotensi Cuan!

TEKNA TEKNO – , JAKARTA – Pasar modal Indonesia tengah menghadapi gejolak seiring dengan eskalasi konflik di Timur Tengah antara Israel dan Iran. Kondisi ini membuat sejumlah sektor di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami pelemahan signifikan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bahkan tertekan oleh aksi jual bersih yang masif dari investor asing, mencapai Rp4,6 triliun sepanjang pekan 16—20 Juni 2025.

Data resmi dari Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan, kinerja IHSG selama sepekan penuh (16—20 Juni 2025) merosot tajam 3,61%, menutup perdagangan Jumat (20/6/2025) di level 6.907,13. Penurunan ini semakin diperparah dengan total net sell investor asing yang mencapai angka fantastis Rp4,6 triliun dalam periode yang sama.

Meskipun hampir seluruh sektor mencatat koreksi pada pekan lalu, beberapa analis justru melihat peluang. Mereka menilai, ada sejumlah sektor yang patut dicermati oleh para investor dan trader untuk strategi jangka pendek di tengah volatilitas pasar saat ini.

Saham Migas MEDC ENRG Cs Reli Saat Harga Minyak Mendidih

Menurut Indri Liftiany Travelin Yunus, Retail Equity Analyst Indo Premier Sekuritas, eskalasi konflik di Timur Tengah secara paradoks menguntungkan sektor-sektor tertentu. Ia menyoroti emiten energi dan emas sebagai dua pilar yang berpotensi meraih keuntungan. Pemicunya tak lain adalah kekhawatiran akan gangguan pasokan minyak dunia, terutama jika terjadi penutupan Selat Hormuz.

Indri menambahkan, emiten penghasil emas juga diproyeksikan diuntungkan karena dalam situasi ketidakpastian global, para pelaku pasar cenderung mencari instrumen safe haven untuk melindungi aset mereka. Ini adalah langkah antisipasi terhadap potensi meluasnya konflik. Pernyataan tersebut disampaikan Indri saat dihubungi pada Senin (23/6/2025).

Adapun rekomendasi saham pilihan dari Indri meliputi PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA), PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU), PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA), PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC), serta PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS). Saham-saham ini mewakili potensi keuntungan dari sektor energi dan komoditas.

Secara spesifik, untuk saham RAJA, Indri menyarankan rekomendasi buy pada level Rp2.570. Target harga yang dibidik adalah Rp2.950, dengan batas stop loss yang ketat di angka Rp2.440 untuk memitigasi risiko.

Indri menekankan pentingnya kecermatan bagi para pelaku pasar dalam menyikapi dinamika saat ini. Ia berpesan, para trader dapat memanfaatkan peluang di sektor migas dengan disiplin menerapkan trading plan yang ketat. Sementara bagi investor jangka panjang, disarankan untuk melakukan strategi cicil beli secara bertahap. Pendekatan ini bertujuan untuk memperoleh nilai average down yang lebih optimal dan menarik di tengah koreksi pasar.

Di luar isu ketegangan di Timur Tengah, Indri juga menyoroti sentimen lain yang membayangi pasar. Pelaku pasar disebut tengah menanti dengan cemas pengumuman keputusan Amerika Serikat terkait tarif impor, yang dijadwalkan pekan depan setelah sempat tertunda selama 90 hari. Keputusan ini berpotensi menambah tekanan pada sentimen global.

Senada dengan Indri, Ekky Topan, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, juga memberikan pandangannya. Ia secara tegas merekomendasikan para investor untuk menghindari saham di luar sektor energi, emas, dan perkapalan dalam kondisi pasar saat ini.

Ekky berpendapat, strategi trading jangka pendek menjadi kunci bagi investor saat ini. Mereka seharusnya memfokuskan perhatian untuk memanfaatkan setiap momentum yang terbentuk di tengah pergerakan pasar yang dinamis.

Ia menjabarkan, saham-saham yang memiliki potensi penguatan signifikan meliputi sektor minyak dan gas, emas, batubara, serta emiten perkapalan. Sektor-sektor ini diuntungkan oleh kenaikan harga komoditas dan ancaman gangguan pada rantai pasok global. Hal ini diungkapkan Ekky saat dihubungi pada Senin (23/6/2025).

Daftar rekomendasi saham dari Ekky dalam sektor-sektor prospektif tersebut mencakup PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG), PT Apexindo Pratama Duta Tbk. (APEX), PT ESSA Industries Indonesia Tbk. (ESSA) untuk sektor energi dan batubara. Sementara itu, untuk sektor perkapalan, ia merekomendasikan PT Wintermar Offshore Marine Tbk. (WINS) dan PT Samudera Indonesia Tbk. (SMDR).

Sebagai contoh konkret, melansir data dari Bloomberg, kinerja saham SMDR menunjukkan penguatan signifikan sebesar 4,65% pada pukul 12.52 WIB, mencapai level Rp360 per lembar. Sebelumnya, pada pembukaan perdagangan, saham SMDR dibanderol seharga Rp358 per saham.

Disclaimer: Artikel ini bersifat informatif dan tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham. Setiap keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab pribadi pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala bentuk kerugian atau keuntungan yang mungkin timbul dari keputusan investasi yang diambil berdasarkan informasi ini.

Ringkasan

Konflik di Timur Tengah telah memicu gejolak di pasar modal Indonesia, menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 3,61% dan mencatat aksi jual bersih investor asing sebesar Rp4,6 triliun pada pekan 16-20 Juni 2025. Meskipun sebagian besar sektor mengalami koreksi, sejumlah analis melihat peluang investasi di sektor-sektor tertentu.

Analis merekomendasikan fokus pada sektor energi, emas, dan perkapalan, yang diuntungkan dari kekhawatiran gangguan pasokan minyak, pencarian aset lindung nilai, dan kenaikan harga komoditas. Saham pilihan meliputi PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC), PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS), PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG), dan PT Samudera Indonesia Tbk. (SMDR). Strategi trading jangka pendek atau cicil beli secara bertahap disarankan di tengah volatilitas pasar.

You might also like