
TEKNA TEKNO – , JAKARTA—Kebijakan suku bunga acuan longgar The Fed kini terikat erat dengan potensi dampak tarif Trump yang dikhawatirkan dapat memicu lonjakan inflasi. Prospek kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat ini bergantung pada sejauh mana tarif impor yang diberlakukan memengaruhi stabilitas harga.
Dikutip dari Bloomberg pada Rabu (2/7/2025), Ketua The Fed, Jerome Powell, dengan tegas menyatakan bahwa langkah pemangkasan suku bunga acuan tidak akan dilanjutkan jika tarif impor yang dikenakan Presiden Donald Trump terbukti memiliki dampak signifikan terhadap inflasi. Penegasan ini menggarisbawahi kehati-hatian The Fed dalam menavigasi ketidakpastian ekonomi global.
Dalam sesi panel yang dimoderatori oleh Jurnalis Bloomberg Francine Lacqua, Powell menjelaskan, “Kami pikir hal bijaksana yang dilakukan adalah menunggu dan mempelajari lebih lanjut dan melihat bagaimana efeknya.” Pernyataan ini mencerminkan pendekatan berbasis data yang menjadi ciri khas bank sentral tersebut.
: AS Alih Fokus ke Kesepakatan Dagang Parsial jelang Deadline Tarif Trump
Powell menambahkan bahwa Juli 2025 masih terlalu dini untuk mempertimbangkan pemangkasan suku bunga acuan. Meskipun tidak memberikan rincian lebih lanjut, ia menegaskan bahwa The Fed akan terus memantau perkembangan data ekonomi dari setiap pertemuan. Pendekatan ini menunjukkan fleksibilitas bank sentral dalam menyesuaikan kebijakannya sesuai kondisi terkini.
“Ini akan tergantung pada perkembangan data,” ujarnya, menekankan komitmen The Fed terhadap evaluasi data yang cermat sebelum mengambil keputusan penting.
: : Ketidakpastian Tarif Trump AS Hambat Pemulihan Manufaktur Asia
Pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal atau The Federal Open Market Committee (FOMC) bulan ini dijadwalkan pada 29—30 Juli 2025. Namun, dampak penuh dari tarif Trump diperkirakan belum akan terlihat pada periode tersebut. Oleh karena itu, The Fed akan terus memantau perkembangannya hingga informasi yang memadai terkumpul untuk menentukan arah kebijakan moneter berikutnya.
Hingga saat ini, The Fed konsisten menahan diri dari langkah pemangkasan suku bunga acuan, meskipun menghadapi tekanan dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Data terbaru menunjukkan bahwa belum ada kenaikan harga yang signifikan, sebuah faktor yang mendukung sikap kehati-hatian The Fed.
Di sisi lain, terdapat beragam pandangan di antara para pembuat kebijakan mengenai arah suku bunga acuan ke depan. Meskipun mayoritas mendukung penahanan suku bunga pada Juni 2025, proyeksi untuk sisa tahun 2025 bervariasi. Sepuluh pembuat kebijakan memproyeksikan dua kali pemangkasan suku bunga acuan pada tahun 2025, sementara tujuh lainnya memperkirakan tahun 2025 akan berakhir tanpa adanya pemangkasan. Dua pembuat kebijakan sisanya melihat kemungkinan sekali pemangkasan suku bunga sebelum pengujung tahun.
Seperti diketahui, kebijakan tarif impor yang dikenakan Trump kepada sejumlah mitra dagangnya telah menciptakan ketidakpastian signifikan dalam prospek pertumbuhan ekonomi global. Para ahli ekonomi telah lama memproyeksikan kemungkinan dampak ganda berupa peningkatan inflasi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi sebagai konsekuensi langsung dari penerapan tarif Trump.
Namun, dari sisi data ekonomi aktual, masih sedikit konfirmasi yang jelas mengenai efek tarif Trump. Menariknya, data ketenagakerjaan menunjukkan peningkatan pembukaan lapangan pekerjaan pada Mei, menyentuh level tertinggi sejak November 2024, memberikan gambaran yang kontras di tengah kekhawatiran yang ada.
Kebijakan suku bunga acuan The Fed sangat terkait dengan potensi dampak tarif Trump yang dikhawatirkan memicu inflasi. Ketua The Fed, Jerome Powell, menyatakan pemangkasan suku bunga tidak akan dilanjutkan jika tarif terbukti meningkatkan inflasi. The Fed akan menunggu dan memantau perkembangan data, dengan Juli 2025 dianggap terlalu dini untuk pemangkasan.
Dampak penuh tarif Trump belum akan terlihat pada pertemuan FOMC akhir Juli ini. The Fed tetap menahan diri dari pemangkasan suku bunga meskipun ada tekanan, karena belum ada kenaikan harga signifikan. Prospek pemangkasan suku bunga beragam di antara para pembuat kebijakan, sementara data ketenagakerjaan menunjukkan peningkatan pembukaan lapangan kerja.