IHSG Tertekan, Di Bawah 7.000 Hingga Akhir 2025?

TEKNA TEKNO – JAKARTA. IHSG, indeks harga saham gabungan, menunjukkan tren pelemahan sejak awal tahun dan diperkirakan akan menghadapi tantangan hingga akhir tahun 2025. Pada penutupan perdagangan semester I-2025, Senin (30/6), IHSG berada di level 6.927,67, menandai penurunan 2,1% sejak awal tahun.

Rully Wisnubroto, Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Sekuritas, mencatat penurunan signifikan pada saham-saham blue chip. “Mayoritas turun lumayan signifikan sejak awal tahun,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (1/7). Ia menambahkan bahwa pasar masih menghadapi tantangan besar, terutama karena kondisi ekonomi domestik yang lesu dan ketidakpastian ekonomi global.

Kondisi ekonomi global yang tidak menentu, terutama kebijakan ekonomi Amerika Serikat yang sulit diprediksi, khususnya di bidang perdagangan internasional, melemahkan pondasi ekonomi dalam negeri. Hal ini berdampak pada iklim investasi, mengakibatkan potensi pertumbuhan investasi langsung yang sangat rendah. Ditambah lagi, daya beli domestik yang stagnan membatasi potensi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Rully memprediksi pergerakan IHSG akan tetap fluktuatif tinggi selama semester II-2025, dan diperkirakan akan tetap berada di bawah level 7.000 pada akhir tahun. Meskipun sebagian besar sektor akan menghadapi tantangan, ia menyoroti sektor pertambangan, khususnya pertambangan logam emas, sebagai sektor yang menarik untuk dicermati, sejalan dengan tren kenaikan harga emas.

IHSG Berbalik Melemah ke 6.909,23 di Sesi I, INKP, JPFA, BMRI Jadi Top Losers LQ45

Cermati Rekomendasi Saham Pilihan dan Proyeksi IHSG untuk Hari Ini (1/7)

Ringkasan

IHSG mengalami penurunan 2,1% sejak awal tahun dan ditutup di level 6.927,67 pada akhir semester I-2025. Penurunan signifikan terjadi pada saham-saham blue chip, disebabkan oleh kondisi ekonomi domestik yang lesu dan ketidakpastian ekonomi global, terutama kebijakan ekonomi AS yang sulit diprediksi.

Mirae Asset Sekuritas memprediksi IHSG akan tetap fluktuatif dan berada di bawah 7.000 hingga akhir 2025. Meskipun sebagian besar sektor terdampak, sektor pertambangan emas dinilai menarik karena tren kenaikan harga emas. Daya beli domestik yang stagnan dan rendahnya potensi investasi langsung juga menjadi faktor penekan.

You might also like