Gawat! Apple & Google Didemo Hapus DeepSeek dari App Store

TEKNA TEKNO JAKARTA — Komisioner perlindungan data Jerman telah secara resmi mendesak raksasa teknologi Apple dan Google untuk menghapus aplikasi DeepSeek dari toko aplikasi mereka di Jerman. Permintaan ini muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran global terkait perlindungan data, menyusul langkah serupa yang telah diambil di berbagai negara lain.

Meike Kamp, Komisioner Perlindungan Data Negeri Bavarian, secara tegas menyatakan bahwa permintaan penghapusan ini didasari oleh tindakan DeepSeek yang secara ilegal mentransfer data pribadi pengguna ke China. Situasi ini menuntut Apple dan Google untuk segera meninjau dan memutuskan apakah akan memblokir aplikasi DeepSeek di Jerman, meskipun belum ada batas waktu spesifik yang ditetapkan. Menanggapi hal ini, pihak Google telah mengonfirmasi sedang meninjau pemberitahuan tersebut. Sementara itu, DeepSeek tidak memberikan tanggapan kepada Reuters, dan Apple juga belum memberikan respons.

Kekhawatiran terhadap DeepSeek tidak hanya terbatas pada Jerman. Sebelumnya, Amerika Serikat menuding DeepSeek membantu operasi militer dan intelijen China, menambah daftar panjang sorotan keamanan yang dihadapi oleh startup ini.

Mengacu pada kebijakan privasinya, DeepSeek secara eksplisit menyimpan berbagai data pribadi pengguna, termasuk permintaan yang diajukan ke program AI-nya atau berkas yang diunggah, pada komputer yang berlokasi di China. “DeepSeek belum mampu memberikan bukti meyakinkan kepada lembaga saya bahwa data pengguna asal Jerman terlindungi di Tiongkok pada tingkat yang setara dengan Uni Eropa,” jelas Kamp, sebagaimana dikutip Bisnis pada Minggu (29/6/2025). Ia menambahkan bahwa otoritas China memiliki hak akses yang sangat luas terhadap data pribadi dalam lingkup pengaruh perusahaan-perusahaan di negara tersebut.

Keputusan ini diambil setelah pada Mei 2025, Komisioner telah meminta DeepSeek untuk memenuhi persyaratan transfer data non-Uni Eropa atau secara sukarela menarik aplikasinya. Namun, DeepSeek tidak memenuhi permintaan tersebut.

Sebagai informasi, DeepSeek mengguncang dunia teknologi pada Januari lalu dengan klaimnya tentang pengembangan model AI yang mampu menyaingi perusahaan AS terkemuka seperti OpenAI (pencipta ChatGPT) dengan biaya yang jauh lebih rendah. Namun, perusahaan ini kemudian mendapat sorotan di AS dan Eropa karena kebijakan keamanannya, terutama terkait perlindungan data.

Ancaman terhadap data pribadi pengguna aplikasi DeepSeek telah memicu tindakan serupa di berbagai negara. Di Italia, aplikasi ini telah diblokir dari appstore sejak awal tahun karena kurangnya informasi mengenai penggunaan data pribadi. Belanda melarang penggunaannya pada perangkat pemerintah, dan Belgia merekomendasikan para pejabatnya untuk tidak menggunakan DeepSeek. Di Spanyol, lembaga perlindungan konsumen setempat meminta badan perlindungan data pemerintah pada Februari lalu untuk menyelidiki potensi ancaman dari DeepSeek, meskipun belum ada larangan resmi yang diberlakukan. Sementara itu, Pemerintah Inggris menyatakan bahwa penggunaan DeepSeek tetap merupakan pilihan pribadi bagi masyarakat umum, namun mereka terus memantau potensi ancaman terhadap keamanan nasional dan data warga Inggris dari semua sumber. Di Amerika Serikat, para legislator berencana mengajukan rancangan undang-undang yang akan melarang lembaga eksekutif AS menggunakan model AI buatan China. Uniknya, di tengah gelombang kekhawatiran ini, Korea Selatan justru menunjukkan sikap yang lebih melunak terhadap startup AI China DeepSeek.

Ringkasan

Komisioner perlindungan data Jerman secara resmi mendesak Apple dan Google untuk menghapus aplikasi DeepSeek dari toko aplikasi mereka di Jerman. Permintaan ini didasari tuduhan DeepSeek secara ilegal mentransfer data pribadi pengguna ke China, di mana otoritas memiliki hak akses luas. Hal ini memicu kekhawatiran global terkait perlindungan data yang tidak setara dengan standar Uni Eropa.

DeepSeek sebelumnya telah gagal memenuhi permintaan untuk mematuhi persyaratan transfer data non-Uni Eropa atau menarik aplikasinya. Akibatnya, banyak negara seperti Italia, Belanda, dan Belgia telah memblokir atau merekomendasikan untuk tidak menggunakan aplikasi ini karena masalah privasi data. Amerika Serikat bahkan berencana melarang penggunaan AI buatan China oleh lembaga eksekutifnya, sementara Korea Selatan menunjukkan sikap yang lebih lunak.

You might also like