Rupiah Diprediksi Menguat Pekan Depan: Sentimen Positif & Faktor Pendorong

TEKNA TEKNO JAKARTA. Rupiah diprediksi akan melanjutkan tren positifnya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan mendatang. Pergerakan mata uang Garuda ini akan sangat dipengaruhi oleh serangkaian data ekonomi, baik dari dalam negeri maupun global.

Menurut analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, penguatan rupiah diperkirakan masih akan berlanjut minggu depan seiring dengan belum meredanya tekanan terhadap dolar AS.

“Namun, jika dalam dua hari ini data rilis terakhir PDB AS dan inflasi PCE AS lebih kuat dari perkiraan, ada potensi dolar AS untuk rebound,” jelas Lukman kepada Kontan, Kamis (26/6).

Lebih lanjut, ia memaparkan bahwa pasar memperkirakan inflasi inti PCE AS akan mengalami sedikit kenaikan sebesar 0,1%. Di sisi lain, upah diperkirakan hanya naik 0,3%, jauh lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan 0,8% pada bulan sebelumnya. Pengeluaran juga diperkirakan akan stagnan atau hanya mengalami kenaikan tipis sebesar 0,1%.

Rupiah Menguat Saat Indeks Dolar di Level Terendah Dalam 40 Bulan, Kamis (26/6)

Senada dengan Lukman, Research & Development Trijaya Pratama Futures, Alwi Assegaf, juga menyoroti pentingnya rilis data ekonomi pada pekan depan. Dari dalam negeri, akan ada data neraca perdagangan dan cadangan devisa. Sementara dari eksternal, pasar akan mencermati pidato Powell, data ISM, dan Non-Farm Payroll.

“Ini semua akan menjadi faktor penggerak rupiah pada pekan depan,” terangnya.

Alwi memprediksi pergerakan rupiah akan berada di rentang Rp 16.100 – Rp 16.330 per dolar AS pada pekan mendatang. Sementara itu, Lukman memproyeksikan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.050 – Rp 16.400 per dolar AS.

Tekanan Terhadap Dolar AS Sokong Penguatan Rupiah 1,14% Sepekan Ini

Sepanjang pekan ini, rupiah berhasil menutup perdagangan dengan penguatan terhadap dolar. Pada hari Kamis (26/6), rupiah spot ditutup di level Rp 16.209 per dolar AS, menguat sebesar 0,56%. Hal ini mendorong penguatan rupiah sebesar 1,14% dalam sepekan. Rupiah Jisdor juga mengalami penguatan sebesar 0,36% ke level Rp 16.233 per dolar dari hari sebelumnya, sehingga mencatatkan penguatan sebesar 1,01% dalam sepekan.

Lukman menjelaskan bahwa penguatan rupiah ini didukung oleh sentimen risk-on yang dipicu oleh harapan perdamaian di Timur Tengah, yang pada gilirannya menekan dolar AS.

“Terlebih lagi, dolar AS kembali tertekan oleh pernyataan Trump yang akan segera mengumumkan kandidat pengganti Powell dengan harapan suku bunga dapat diturunkan,” pungkasnya.

Ringkasan

Rupiah diprediksi akan melanjutkan penguatan terhadap dolar AS pada pekan depan. Penguatan ini didorong oleh sentimen risk-on terkait harapan perdamaian di Timur Tengah serta tekanan terhadap dolar AS akibat pernyataan Trump mengenai kandidat pengganti Powell. Data ekonomi dari dalam negeri, seperti neraca perdagangan dan cadangan devisa, serta data eksternal seperti pidato Powell dan Non-Farm Payroll, akan menjadi faktor penggerak rupiah.

Analis memperkirakan pergerakan rupiah akan berada di rentang Rp 16.050 – Rp 16.400 per dolar AS. Meskipun demikian, potensi rebound dolar AS tetap ada jika data PDB dan inflasi PCE AS lebih kuat dari perkiraan. Sepanjang pekan ini, rupiah telah menguat signifikan, ditutup di level Rp 16.209 per dolar AS pada hari Kamis.

You might also like