Grup Djarum Beli 559 Juta Saham RS Hermina: Gelontorkan Rp1 Triliun, Beli Saham di Atas Harga Pasar

PIKIRAN RAKYAT – Grup Djarum kembali memperluas gurita bisnisnya. Kali ini, konglomerasi yang dikenal lewat bisnis rokok dan perbankan ini resmi masuk ke sektor layanan kesehatan dengan membeli 559 juta saham PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL)—jaringan rumah sakit swasta ternama di Indonesia.

Belanja Saham di Atas Harga Pasar

Melalui entitas PT Dwimuria Investama Andalan (DIA), milik Hartono bersaudara, Grup Djarum menggelontorkan dana Rp1,04 triliun untuk akuisisi tersebut. Hal yang menarik, Djarum tak membeli lewat penerbitan saham baru, melainkan mengalihkan saham treasuri alias hasil pembelian kembali (buyback) yang dimiliki RS Hermina.

“Harga pelaksanaan pengalihan saham adalah pada Rp1.875,” kata Yulisar Khiat, Wakil Direktur Utama RS Hermina, dalam keterbukaan informasi, Kamis 26 Juni 2025.

Harga ini 36 persen lebih mahal dari harga penutupan saham HEAL di Bursa Efek Indonesia (Rp1.375) pada hari transaksi. Akuisisi dilakukan di luar bursa pada 25 Juni 2025.

Shell Diam-diam Mau Akuisisi BP, Ini Langkah Strategis yang Disiapkan

Masuk Barisan Investor Strategis

Dengan pembelian 559.185.300 saham ini, Grup Djarum kini resmi memegang 3,6 persen saham HEAL, menyusul PT Astra International Tbk (ASII) yang lebih dulu mengakuisisi 7 persen saham RS Hermina. Langkah ini menjadikan Djarum dan Astra sebagai dua raksasa yang menopang ekspansi jaringan RS Hermina ke depan.

Analis BRI Danareksa Sekuritas, Ismail Fakhri Suweleh, menilai masuknya Grup Djarum punya arti strategis, terutama untuk memperkuat model bisnis Hermina yang selama ini banyak melayani pasien peserta JKN/BPJS.

“(Kehadiran Djarum Group) memperkuat potensi jangka panjang Hermina yang tetap solid untuk beroperasi dalam skala ekonomi besar, yang terus mendorong ekspansi margin secara konsisten meskipun mayoritas pasien berasal dari JKN,” tutur Ismail.

Potensi Sinergi, Dari MCU Hingga Digitalisasi

Menurut Ismail, peluang sinergi antara RS Hermina dengan ekosistem Djarum terbuka lebar. Mulai dari layanan medical check up (MCU) untuk puluhan ribu karyawan Djarum Group, program Coordination of Benefit (CoB) antara JKN dan fasilitas kesehatan Djarum, hingga integrasi rantai pasok medis.

Lebih jauh, transformasi digital juga menjadi potensi yang tak kalah besar.

“Potensi strategis lain seperti digitalisasi layanan hingga integrasi rantai pasok dengan Djarum dapat membuka sumber pendapatan baru bagi Hermina,” ucap Ismail.

Djarum pun membeli pada valuasi EV/EBITDA 16,1 kali proyeksi 2025, sedikit di bawah harga masuk Astra pada 2022 (EV/EBITDA 18,9 kali).

Lawson Resmi Dibeli Alfamart Rp200 Miliar, Gerai Jepang Kini Jadi Anak Usaha Raksasa Ritel Indonesia

Tantangan Kesehatan Nasional

Meski solid, RS Hermina menghadapi tantangan kebijakan di sektor kesehatan. Dua di antaranya adalah penundaan kebijakan Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) hingga akhir 2025, dan implementasi iDRG yang bisa memangkas rujukan pasien ke RS sekunder seperti Hermina.

Namun, Ismail tetap optimistis. Ia mempertahankan rekomendasi BUY dengan target harga Rp1.750 per saham, di atas harga pasar saat ini.

Sekilas Dwimuria: Payung Bisnis Non-Rokok Djarum

PT Dwimuria Investama Andalan bukan nama asing di pasar modal. Holding ini menampung beragam bisnis non-tembakau Djarum Group, termasuk Bank Central Asia (BCA) dengan kepemilikan 54,94 persen, dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) dengan porsi 8,33 persen.

Dengan masuk ke RS Hermina, Djarum makin mengokohkan portofolio di sektor non-tembakau.

Kinerja RS Hermina

Pada kuartal pertama 2025, Hermina mencatat laba bersih Rp124,72 miliar, turun 35 persen dari periode sama tahun lalu. Namun di sepanjang 2024, Hermina membukukan laba Rp535,94 miliar, tumbuh 22,5 persen secara tahunan. Pendapatan bersih pun naik 16,3 persen ke Rp6,71 triliun.

Ekspansi, Bukan Sekadar Investasi

Masuknya Grup Djarum ke RS Hermina bukan sekadar transaksi beli saham. Langkah ini menandai manuver serius konglomerasi Budi dan Michael Hartono menginjak gas di sektor layanan kesehatan, dengan potensi sinergi lintas bisnis, transformasi digital, hingga perluasan jaringan pelayanan.

Seperti ditegaskan Yulisar Khiat, Hermina menatap strategi jangka panjang dengan investor yang punya kapasitas modal dan ekosistem luas.

“Kami yakin kehadiran Grup Djarum akan membuka peluang-peluang pertumbuhan baru, sekaligus memperkuat komitmen Hermina melayani kesehatan masyarakat Indonesia,” tuturnya.***

You might also like