IHSG Anjlok! Analisis & Prediksi: Apakah Akan Terus Turun?

TEKNA TEKNO JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan Jumat (20/6) dengan koreksi signifikan, melemah 61,501 poin atau 0,88% hingga parkir di level 6.907,138. Penurunan tersebut semakin diperparah dengan akumulasi pelemahan IHSG sepanjang pekan ini yang mencapai 3,61%.

Volume transaksi bursa pada hari itu tercatat masif, mencapai 35,2 miliar saham dengan nilai total Rp 22,5 triliun. Data menunjukkan, sebanyak 386 saham mengalami penurunan harga, sementara 231 saham menguat, dan 190 saham terpantau tidak bergerak.

Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, mengamati bahwa pelemahan IHSG dalam sepekan terakhir disertai dengan tekanan jual yang tinggi. Hal ini dipicu oleh beragam sentimen negatif, termasuk memanasnya konflik geopolitik di Timur Tengah, lonjakan harga komoditas minyak mentah, serta keputusan bank sentral utama seperti Bank Indonesia (BI), The Federal Reserve (The Fed), dan People’s Bank of China (PBOC) yang kompak mempertahankan suku bunga acuan mereka.

IHSG Ditutup Melemah ke 6.907,1 Hari Ini (20/6), PGEO, MDKA, UNVR Top Losers LQ45

“Selain itu, pelemahan pasar saham juga turut disebabkan oleh pernyataan The Fed yang merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat menjadi 1,4%,” jelas Herditya kepada Kontan, Jumat (20/6).

Senada, Direktur Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menyoroti dua pemicu utama kemerosotan IHSG pekan ini. Pertama, peningkatan tensi geopolitik yang terus berlanjut, terutama setelah Amerika Serikat dikabarkan mempertimbangkan keterlibatan dalam serangan Israel terhadap Iran dalam kurun waktu dua minggu ke depan. Kedua, kebijakan The Fed yang masih menahan suku bunga acuan. Meskipun dinamika suku bunga ini kerap terjadi, Nico menegaskan bahwa fokus utama investor justru tertuju pada pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS, potensi kenaikan inflasi, serta peningkatan angka pengangguran yang diperkirakan mencapai 4,5% tahun ini.

Menatap perdagangan Senin (23/6), Herditya memperkirakan IHSG berpeluang menguat terbatas dengan level support di 6.894 dan resistance di 6.981. Sentimen yang akan memengaruhi pergerakan IHSG pekan depan utamanya berasal dari sorotan investor terhadap perkembangan konflik geopolitik di Timur Tengah.

“Diperkirakan akan terjadi switching asset instrumen investasi apabila kondisi geopolitik semakin memanas. Konflik tersebut juga berpotensi mengakibatkan penguatan harga komoditas, khususnya minyak mentah,” paparnya.

Dalam menghadapi volatilitas pasar, Herditya merekomendasikan investor untuk mencermati saham SMDR dengan target harga Rp 356 – Rp 376 per saham, RATU di kisaran Rp 8.075 – Rp 8.425 per saham, dan JPFA dengan target Rp 1.575 – Rp 1.635 per saham.

Sementara itu, Nico memandang bahwa banyak sentimen global akan kembali menciptakan volatilitas di pasar dan memengaruhi gerak IHSG pekan depan. Ia memproyeksikan pergerakan IHSG pada Senin (23/6) akan berada di rentang 6.835 – 7.000. Oleh karena itu, Nico menyarankan investor untuk memerhatikan emiten dari sektor basic material, transportasi dan logistik, kesehatan, serta energi.

Ringkasan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan Jumat (20/6) dengan pelemahan signifikan 0,88% di level 6.907,138, menjadikan total penurunan mingguan mencapai 3,61%. Koreksi ini dipicu oleh tekanan jual tinggi akibat memanasnya konflik geopolitik di Timur Tengah dan lonjakan harga minyak mentah. Selain itu, keputusan bank sentral seperti The Fed, BI, dan PBOC yang mempertahankan suku bunga acuan, serta revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi AS menjadi 1,4%, turut membebani pasar.

Analis memperkirakan IHSG berpeluang menguat terbatas pada Senin (23/6) di rentang 6.835-7.000, dengan sentimen utama berasal dari perkembangan konflik geopolitik. Kondisi ini berpotensi menyebabkan peralihan instrumen investasi dan penguatan harga komoditas. Investor disarankan mencermati emiten dari sektor material dasar, transportasi dan logistik, kesehatan, serta energi.

You might also like