
TEKNA TEKNO – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin sore terpantau ditutup melemah. Penurunan ini didorong oleh kekhawatiran pelaku pasar yang terus mencermati meningkatnya ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah, yang menciptakan ketidakpastian di pasar global.
Pada penutupan perdagangan, IHSG merosot 48,48 poin atau 0,68 persen, bergerak ke posisi 7.117,59. Senada dengan IHSG, kelompok 45 saham unggulan yang tergabung dalam indeks LQ45 juga mengalami koreksi, turun 6,82 poin atau 0,85 persen, mengakhiri hari di posisi 794,99.
Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, menjelaskan bahwa pergerakan pasar dipengaruhi oleh beberapa faktor. “Pasar mencermati rilis data ekonomi China, dan juga memantau meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah,” ujarnya di Jakarta, Senin.
Pelaku pasar menyoroti konflik yang semakin memanas antara Israel dan Iran. Kedua negara tersebut dilaporkan saling melancarkan serangan selama tiga hari berturut-turut hingga Minggu (15/06), dengan masing-masing pihak berjanji untuk terus melancarkan balasan. Eskalasi ini memicu kecemasan di kalangan investor.
Serangan berkelanjutan yang menargetkan infrastruktur energi selama akhir pekan lalu secara signifikan memicu kenaikan harga minyak global. Kondisi ini turut menambah lapisan ketidakpastian di pasar keuangan dunia, membuat investor cenderung bersikap hati-hati.
Lebih lanjut, ancaman Iran untuk menutup Selat Hormuz, sebuah jalur maritim vital untuk pengiriman minyak global, menjadi perhatian serius. Penutupan selat ini berpotensi mengganggu pasokan energi dunia dan semakin memperkeruh sentimen pasar.
Sementara itu, dari ranah ekonomi global, China melaporkan data yang beragam. Penjualan ritel di bulan Mei 2025 tumbuh melampaui proyeksi, menandai laju tercepat dalam 15 bulan terakhir dan mengindikasikan potensi peningkatan permintaan konsumen. Namun demikian, sisi produksi industri mengecewakan, dengan pertumbuhan paling lambat dalam enam bulan dan gagal memenuhi ekspektasi pasar.
Di sisi domestik, Bank Indonesia (BI) mencatat aliran dana masuk (capital inflow) sebesar Rp5,20 triliun sepanjang pekan kedua Juni 2025. Angka ini menunjukkan peningkatan tipis dibandingkan pekan pertama Juni 2025 yang tercatat Rp5,19 triliun, mengindikasikan kepercayaan investor asing terhadap pasar keuangan Indonesia.
Aliran dana masuk yang konsisten ini meningkatkan kepercayaan investor untuk berinvestasi di pasar keuangan dalam negeri. Kondisi ini tentunya menjadi katalis positif yang diharapkan dapat mendukung kinerja indeks saham serta menjaga stabilitas pasar keuangan domestik ke depan.
Pergerakan IHSG sendiri pada hari tersebut cukup dinamis. Dibuka menguat di awal perdagangan, IHSG kemudian bergerak ke teritori negatif dan betah di zona merah hingga penutupan sesi pertama. Tren pelemahan ini berlanjut di sesi kedua, dengan IHSG tetap berada di zona merah hingga akhir perdagangan saham.
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, hanya empat sektor yang berhasil menguat. Sektor energi memimpin dengan kenaikan 0,88 persen, diikuti oleh sektor infrastruktur yang naik 0,68 persen, dan sektor kesehatan dengan kenaikan tipis 0,07 persen.
Sebaliknya, tujuh sektor lainnya terkoreksi paling dalam adalah sektor barang konsumen non primer yang ambles 1,38 persen. Disusul oleh sektor barang baku dan sektor transportasi & logistik yang masing-masing turun sebesar 1,17 persen dan 0,81 persen.
Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar pada hari ini meliputi MBSS, PDES, STRK, ENRG, dan BRRC. Sementara itu, saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar adalah JECC, ASBI, JAWA, KOPI, dan KRYA.
Total frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.494.687 kali transaksi, melibatkan 24,62 miliar lembar saham dengan nilai transaksi mencapai Rp14,97 triliun. Secara keseluruhan, tercatat 232 saham naik, 388 saham menurun, dan 186 saham tidak bergerak nilainya, mencerminkan sentimen negatif yang mendominasi pasar.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,68% menjadi 7.117,59 pada Senin, didorong kekhawatiran akan meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, terutama konflik Israel-Iran. Ancaman penutupan Selat Hormuz dan kenaikan harga minyak global turut memicu ketidakpastian pasar. Selain itu, pelaku pasar juga mencermati data ekonomi China yang menunjukkan pertumbuhan penjualan ritel di atas proyeksi namun produksi industri melambat.
Meskipun demikian, Bank Indonesia mencatat adanya aliran dana masuk (capital inflow) sebesar Rp5,20 triliun pada pekan kedua Juni 2025, menunjukkan kepercayaan investor asing terhadap pasar domestik. IHSG sendiri dibuka menguat namun kemudian betah di zona merah hingga penutupan perdagangan. Empat sektor berhasil menguat, sementara tujuh sektor lainnya terkoreksi, mencerminkan sentimen negatif yang mendominasi pasar.